MERTIBUDAYA|Bantul - Majelis Taklim Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram adalah komunitas spiritual budaya yang dirintis sejak bulan Mei 2024 dengan diawali kegiatan ziarah bersama ke Makam Raja Raja Mataram Imogiri Bantul.
Kegiatan perdana diikuti 7 orang Tedhak Turun Trah Mataram Islam dari Bantul, Yogyakarta, Semarang, Kulonprogo dan Surakarta dengan ziarah bersama ke makam Sultan Agung Hanyakrakusumo, Sunan Pakubuwono I, Sunan Amangkurat Jawi, Sunan Pakubuwono II dan Pangeran Mangkunegoro (Ayahanda Pangeran Samber Nyawa / KGPAA.Mangkunegoro I).
Kegiatan diinisiasi R.Budi Ariyanto Surantono atau akrab dipanggil Ki Ariyo Tirto Negoro yang merupakan Tedhak Turun Sri Sultan Hamengkubuwono III dari Kraton Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat dan Sunan Amangkurat Jawi dari Kraton Mataram Kartasura Hadiningrat.

Selaku inisiator, ia telah berkonsultasi dan mohon doa restu dari para sesepuh abdi dalem dan sentono dalem dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Surakarta Hadiningrat, Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman, khususnya dengan arahan langsung dari Bupati Puroloyo Romo K.R.T.Reksokusumo dan para sesepuh kraton lainnya.
Setelah mempertimbangkan dan menerima masukan dari banyak pihak, akhirnya pada bulan Juli 2024, majelis ini didaftarkan kepada Departemen Agama Kabupaten Bantul dengan nama Majelis Taklim Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram yang disyahkan melalui surat Keputusan nomor: 251/Kk.12.01/I/BA.05/07/2024 tertanggal 23 Juli 2024.
Sejak mendapatkan legalitas dengan status sebagai Majelis Taklim tersebut, kegiatan berikutnya semakin intens dengan menggelar kegiatan Taklim berbentuk dzikir, tahlil dan doa bersama untuk semua Leluhur Mataram (tanpa kecuali) bersama anak anak yatim setiap sabtu wage dengan mengambil weton surud dalem leluhur Catur Sagatra Mataram Sunan Amangkurat Jawi.
Pada bulan juli 2024 kegiatan Majelis Umbul Donga ke II dilakukan di Makam Raja Raja Mataram Imogiri Bantul bersama anak anak yatim dari Panti Asuhan Ad Dzikro Imogiri, berikutnya lokasi umbul donga berkeliling di berbagai panti asuhan diwilayah DIY seperti Panti Asuhan Difabel Bina Siwi Pajangan Bantul, Panti Asuhan Yatim Sasana Kreatif Mandiri Sleman, Panti Asuhan Difabel Mukti Insani Bambanglipuro Bantul dan juga ke Makam Raja Raja Mataram Kotagede Yogyakarta.
"Disamping menggelar zikir, tahlil dan doa bersama di Makam Leluhur Raja Mataram, kami juga menggelar doa bersama anak anak yatim ditempat mereka dengan harapkan terjalin silaturahmi kekeluargaan sambil memperkenalkan Leluhur Mataram kepada anak anak yatim", ujar Ki Ariyo.
"Mendoakan semua Leluhur Mataram Bersama anak anak yatim adalah ciri khas dari Majelis Taklim Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram. Mereka tidak kami jadikan obyek semata, namun juga sebagai bagian dari pelantun doa kepada Leluhur yang semoga makin memperkuat doa yang kami panjatkan kepada Allah Swt", imbuh Ki Ariyo Tirto Negoro Pendiri sekaligus Pangersa Majelis ini.
Sabtu Wage, 19 Oktober 2024, bertepatan dengan Umbul Donga ke V, Majelis Taklim Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram diresmikan Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bantul disaksikan para pejabat dan tokoh masyarakat serta aparat disekitar Imogiri Bantul.
Peresmian dilaksanakan di Pesanggrahan Mataram Nusantara yang berlokasi di Dusun Kedungbuweng, Wukirsari, Imogiri, Bantul ditandai pemukulan bende oleh Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bantul dan pemotongan tumpeng oleh Panewu (Camat) Imogiri dan perwakilan Kapolda DIY dengan dihadiri oleh anak anak yatim dari Panti Asuhan Yatim Sasana Kreatif Mandiri Sambilegi Sleman, Panti Asuhan Rumah Singgah Mukti Insani Bantul dan Panti Asuhan Yatim Bumi Damai Yogyakarta.
Sehari setelah peresmian, yaitu tanggal 20 Oktober 2024, R.Budi Ariyanto Surantono selaku Pendiri dan Pangersa Majelis memberikan mandat kepada Ki. K.R.T. M.Nur Setyanegara untuk mengemban amanah sebagai Ketua Majelis didampingi Nyi.R.Ay.Ika Marianti, S.H.,MH. Tedhak Turun Trah KGPAA. Pakualam VIII sebagai sekretaris.
Kegiatan Majelis Taklim Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram fokus pada kegiatan dzikir, tahlil dan doa untuk semua leluhur Mataram tanpa kecuali dan juga mendoakan semua leluhur jamaah.
Mendoakan Leluhur Mataram Bersama Anak Yatim adalah Ciri Khas Majelis Taklim Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram (Foto: Ist)
Karena berbentuk majelis taklim maka tidak ada kegiatan rekrutmen anggota dan sebagainya sebagaimana organisasi berbadan hukum perkumpulan ataupun yayasan.
Juga tidak ada pembentukan pengurus ditingkat propinsi, kota, abupaten maupun kecamatan dalam bentuk DPW, DPD ataupun DPC. Andaikan ada perwakilan bentuknya hanya Koordinator Jamaah disuatu wilayah saja.
Amalan dzikir, tahlil dan doa yang digunakan mengadopsi amalan yang biasa digunakan Kraton Mataram Islam khususnya di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang biasa disebut dengan "Tahlil Hadiningrat", dimana semua arwah leluhur dan semua unsur alam semesta ikut didoakan.
"Sambil menjalani kegiatan rutin bulanan, kami juga sedang mempersiapkan kaderisasi penghulu (Rois) sebagai penerus amalan tahlil hadiningrat sebagai warisan leluhur yang harus dilestarikan", Jelas Ki Ariyo.
Prinsip "Ngumpulke Balung Pisah", "Mikul Duwur Mendem Jero", "Kumpul Gawe Manfaat Lan Keberkahan" menjadi Visi, Misi dan Value najelis ini dengan harapan bisa menjadi sarana membangun persaudaraan tanpa memandang status Sosial, menghargai, menghormati dan memuliakan semua leluhur Mataram tanpa memandang "masa lalu" serta berkumpul untuk menciptakan manfaat dan keberkahan bersama.
Jamaah Majelis Taklim Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram terdiri dari para Tedhak Turun Trah Mataram mulai dari Tedhak Turun Prabu Brawijaya V (Majapahit) hingga Panembahan Senopati (Mataram Islam) dan Catur Sagatra Mataram (Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran dan Pakualaman) serta masyarakat diluar Tedhak Turun yang mencintai Leluhur Mataram.
Jamaah Majelis Taklim berstatus sama, tidak mengenal kasta dan Tahta. Semua berkedudukan sama. Tidak dibutuhkan legalitas nasab darah dalem seperti pikukuh, kekancingan, piagam sentono dan sebagainya untuk bisa bergabung sebagai jamaah majelis ini.
Majelis Taklim Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram juga tidak berafiliasi kepada organisasi keagamaan tertentu karena amalannya berbasis spiritual budaya mengacu pada tradisi yang digunakan dan diwariskan para leluhur kraton Mataram Islam. (*)