MERTIBUDAYA |Surakarta - Malam Selikuran atau yang jatuh pada malam ke-21 bulan Ramadhan, merupakan malam yang sangat istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, yaitu satu diantara malam yang menjadi kesempatan kita mendapatkan Lailatul Qadar.Malam Selikuran adalah tradisi yang sudah ada sejak awal penyebaran Islam di Jawa. Tradisi ini merupakan adaptasi Islam dalam budaya Jawa.
Sejarah Malam Selikuran
Tradisi ini diperkenalkan oleh Wali Sanga sebagai metode dakwah Islam.
Di Keraton Surakarta, tradisi ini diperkenalkan oleh Sultan Agung.
Tradisi ini dihidupkan kembali pada masa Pakubuwana IX dan mencapai puncaknya pada masa Pakubuwana X.
Tradisi ini juga dilakukan di masyarakat Jawa, seperti di Kalurahan Tepus, Sidoharjo, dan Desa Trasan.
Tujuan Malam Selikuran
1. Menyambut datangnya malam Lailatul Qadar
2. Ungkapan rasa syukur atas ibadah puasa di bulan Ramadhan
3. Motivasi untuk meningkatkan ibadah dan amal kebaikan di 10 hari terakhir bulan Ramadhan
4. Memupuk kebersamaan dan keikhlasan
Kegiatan Malam Selikuran
1. Kenduri dan doa bersama
2. Buka bersama warga di masjid
3. Makan bersama makanan tradisional seperti jenang, wajik, dan buah-buahan
4. Mengarak tumpeng dari keraton ke masjid agung
Dari Berbagai Sumber.